COMPUTER
TOMOGRAPHY (CT) PADA TRAUMA TUMPUL GINJAL
PENDAHULUAN
Trauma ginjal
ditemukan sebanyak 10 persen kasus dari trauma abdomen dan sebagian besar (80
persen dari 90 persen) disebabkan oleh trauma tumpul. Intravenous urography dan
ultrasonosography abdomen merupakan modalitas imaging pertama yang dipilih pada
trauma ginjal. Bagaimana pun, computer tomography (CT) saat ini adalah
merupakan modalitas imaging pilihan dalam mengevaluasi trauma tumpul ginjal,
semenjak dia mampu memberikan staging yang tepat pada trauma ginjal. Staging CT pada trauma ginjal yang
ditemukan pada trauma tumpul abdomen berdasarkan pada Klasifikasi Federle dan Skala
severitas trauma ginjal dari American Association for the Surgery of Trauma
renal injury.
Trauma
ginjal oleh karena trauma tumpul biasanya muncul sebagai suatu konsekuensi dari
benturan langsung pada daerah panggul atau dari suatu deselerasi yang cepat.
Suatu benturan langsung pada ginjal, mengakibatkan suatu laserasi atau laserasi
parenkim ginjal dan berakibat subcapsular, intrarenal atau perinephric
haematoma. Pada trauma deselerasi ginjal terjadi suatu tension yang akut pada
pedicle ginjal, yang menimbulkan laserasi pada arteri atau vena renalis,
robekan intima dari pembuluh darah yang mengakibatkan thrombosis atau laserasi
atau avulsi ureteropelvic junction (UPJ).
Intravenous
urography (IVU) awalnya merupakan modalitas imaging pilihan dalam pemeriksaan
trauma ginjal. Bagaimanapun, IVU tidak dapat menampilkan dalam mendeteksi
secara akurat beberapa tipe tingkatan trauma ginjal. IVU (one-shot intravenous pyelography)
secara terbatas mungkin masih dikerjakan di unit gawat darurat pada pasien yang
tidak cukup stabil untuk menjalani computer tomography (CT), atau pada pasien
yang telah berada di kamar operasi. Ultrasonograsphy (US) juga telah digunakan
dan berguna pada evaluasi awal trauma ginjal, khususnya di ruang gawat darurat,
seperti yang digunakan untuk mendeteksi haemoperitoneum. Bagaimanapun, beberapa
tipe trauma ginjal dengan US juga tidak terlihat.
CT
saat ini merupakan modalitas imaging pilihan dalam mengevaluasi trauma tumpul
ginjal. Dapat memberikan gambaran yang tepat dan staging dari perluasan trauma
ginjal dan lebih superior dari pada IVU, US dan angiography. CT juga telah
menjadi metode imaging pilihan untuk menilai trauma tumpul di beberapa pusat
trauma.Walaupun demikian,CT perlu dilakukan dalam fase multipel untuk
melengkapi penilaian trauma ginjal. Dalam beberapa kasus, suatu CT delay
mungkin perlu di ulang setelah 2-3 hari untuk dapat mendeteksi trauma ureteropelvic
junction serta komplikasi lainnya.
Indikasi
dari imaging ginjal pada pasien-pasien trauma termasuk gross haematuri,
haematuria mikroskopik dengan shock (tekanan darah sistolik < 90 mmHg),
haematuri mikroskopik dengan memar di area panggul,fraktur pada tulang rusuk
bawah dan fraktur pada prosesus transversus vertebrae lumbalis, trauma tembus
serta seorang anak dengan trauma tumpul dan haematuria (> 50 sel darah
merah/hpf). Pada artikel ini, kami meninjau kasus-kasus trauma tumpul ginjal
yang terjadi di Rumah sakit Tengku Ampuan Afzan,Kuantan,Malaysia.
PROTOKOL
CT SCAN PADA TRAUMA GINJAL
Untuk penilaian yang lengkap pada
trauma ginjal, CT dikerjakan dalam fase-fase yang multipel. Biasanya telah
dilakukan seperti pada protokol CT abdomen dan pelvis pada trauma abdomen. Pada
fase kortikomedulari dikerjakan dari kubah diafragma sampai pelvis, kira-kira
60 detik setelah diinjeksikan media kontras nonionic iodinate (iohexol 300mg
I/ml) sebanyak 2mg/kg secara intravena lewat vena antecubiti. Fase ini akan
dapat mengidentifikasikan suatu kontusio ginjal, laserasi, perinephric
haematoma dan trauma arteri. Yang lain yang berhubungan dengan trauma liver, spleen
,pancreas dan perdarahan intraperitoneal juga dapat di nilai.Bagaimanapun,
trauma pada collecting sistem mungkin terlewatkan bila fase ekskresi tidak
dikerjakan. Fase ekskresi dikerjakan kira-kira 3-5 menit kemudian,termasuk
kedua ginjal dan kandung kencing. Hal ini sangat penting dalam mendeteksi
ekstravasasi urine yang merupakan indikasi adanya trauma pada collecting
sistem, ureteropelvic atau kandung kencing. Waktu fase ekskresi mungkin diundur
sampai lebih dari 10-20 menit jadi dapat memberikan kesempatan untuk
terlihatnya suatu ekstravasasi urine. Pada pasien dengan haemodinamik yang
tidak stabil atau pasien dengan trauma kategori II atau lebih tinggi, CT
abdomen dapat dikerjakan 2-3 hari kemudian untuk mendeteksi adanya komplikasi
lanjut, seperti urinoma,urinoma terinfeksi atau perluasan haematoma, yang juga
memerlukan suatu intervensi. Semua imaging multifase ini pada sistem ginjal
memberikan suatu penilaian yang lengkap dan tepat terhadap trauma ginjal.
Pada
semua pasien pada tinjauan ini, CT dikerjakan dengan mempergunakan Siemens
Somatom scanner 4 slices dengan ketebalan tiap slice 10 mm,kolimasi 2.5
mm,waktu rotasi 0.75 detik dan ketebalan meja 15 mm. Setelah proses, image direkonstruksi pada 3 mm. Image
sagital dan koronal telah dilakukan dengan teknik proyeksi intensitas maksimum,
bilamana diperlukan dilakukan penyesuaian. Untuk tujuan dari tinjauan ini,
berupa suatu tinjauan retrospektif kasus trauma ginjal dari catatan registrasi
CT dari Desember 2004 sampai April 2006. Secara umum, 14 kasus trauma ginjal
telah diidentifikasikan, tetapi lima kasus telah dikeluarkan oleh karena
imagingnya sudah hilang, dengan total sisa ada sembilan kasus.
KLASIFIKASI
TRAUMA GINJAL PADA CT
Ada beberapa klasifikasi trauma
ginjal, berlandaskan salah satu dari imaging atau bedah. Klasifikasi Federle
yang berlandaskan imaging sudah cukup luas dipergunakan (Tabel I), sedangkan
skala severitas trauma ginjal menurut American
Association for the Surgery of Trauma (AAST) telah umum dipergunakan
sebagai staging bedah urologi pada trauma ginjal (Tabel II). Meskipun demikian,
terjadi suatu kemungkinan overlapping diantara kedua klasifikasi tersebut.
Staging sangat penting untuk petunjuk dokter bedah dan ahli radiologi dalam
penatalaksanaan pasien, meskipun tidak selalu dan memerlukan suatu penyesuaian
pasien secara individu. Sembilan pasien yang telah dukeluarkan tersebut telah
kami identifikasikan, dua kasus (22%) termasuk kategori I (injuri minor), tiga
kasus (33%) termasuk kategori II (injuri mayor), dua kasus (22%) termasuk
kategori III (injuri catastrophic) serta sisanya termasuk kategori IV (injuri
ureteropelvic junction).
Grade*
|
Tipe
|
Deskripsi
|
I
|
Kontusio
Haematoma
|
Mikroskopik atau gross
haematuria; studi secara urological normal
Subcapsular; tidak meluas dengan
tanpa laserasi parenkimal
|
II
|
Haematoma
Laserasi
|
Perirenal haematoma yang tidak
meluas tetap pada ginjal retroperitoneum
Kedalaman perenkim pada korteks
ginjal < 1.0 cm dengan tanpa ekstravasasi urine
|
III
|
Laserasi
|
Kedalaman perenkim pada korteks
ginjal > 1.0 cm dengan tanpa ruptur collecting sistem atau ekstravasasi
urine
|
IV
|
Laserasi
Vascular
|
Laserasi parenkim meluas menembus
melalui korteks renalis,medula dan collecting sistem
Injuri pada arteri renalis utama
atau vena dengan perdarahan
|
V
|
Laserasi
Vascular
|
Ginjal yang komplit pecah/hancur
Avulsi pada hilus renalis dengan
devascularisasi ginjal
|
* Kenaikan satu grade
untuk injuri bilateral sampai grade III. Online pada http://www.aast.org/injury/injury.html.
Tabel
I. Klasifikasi Federle (imaging-based)
Kategori
|
Tipe
|
Injuri
|
I
|
Injuri minor
|
Kontusio ginjal; intrarenal dan
subcapsular haematoma; laserasi minor yang terbatas pada perinephric
haematoma tanda perluasan ke dalam collecting sistem atau medula; infark
kortikal subsegmental yang kecil.
|
II
|
Injury mayor
|
Laserasi ginjal mayor menembus
korteks meluas ke medula atau collecting sistem dengan atau tanpa
ekstravasasi urine; infark ginjal segmental.
|
III
|
Injuri catastrophic
|
Laserasi ginjal multipel; injuri
vascular yang melibatkan pedicle ginjal.
|
IV
|
Injuri ureteropelvic
|
Avulsi (complete transaction);
laserasi (incomplete tear)
|
Tabel
II. Skala Severitas Trauma Ginjal menurut The American Association for the
Surgery of Trauma (AAST)
Grade*
|
Tipe
|
Deskripsi
|
I
|
Kontusio
Haematoma
|
Mikroskopik atau gross
haematuria; studi secara urological normal
Subcapsular; tidak meluas dengan
tanpa laserasi parenkimal
|
II
|
Haematoma
Laserasi
|
Perirenal haematoma yang tidak
meluas tetap pada ginjal retroperitoneum
Kedalaman perenkim pada korteks
ginjal < 1.0 cm dengan tanpa ekstravasasi urine
|
III
|
Laserasi
|
Kedalaman perenkim pada korteks
ginjal > 1.0 cm dengan tanpa ruptur collecting sistem atau ekstravasasi
urine
|
IV
|
Laserasi
Vascular
|
Laserasi parenkim meluas menembus
melalui korteks renalis,medula dan collecting sistem
Injuri pada arteri renalis utama
atau vena dengan perdarahan
|
V
|
Laserasi
Vascular
|
Ginjal yang komplit pecah/hancur
Avulsi pada hilus renalis dengan
devascularisasi ginjal
|
* Kenaikan satu grade
untuk injuri bilateral sampai grade III. Online pada http://www.aast.org/injury/injury.html.
RINGKASAN :
CT memiliki peran utama dalam
mengidentifikasi trauma ginjal dan saat ini merupakan modalitas imaging pilihan.
Kategorisasi trauma ginjal berdasarkan klasifikasi Federle atau Skala severitas
trauma ginjal dari AAST adalah sangat membantu dalam penatalaksanaan pada
pasien injuri. Secara umum trauma ginjal tidak memerlukan intervensi bedah dan
penatalaksanaan konservatif masih diterima secara universal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar